A. SEJARAH
SINGKAT PSIKOLOGI SOSIAL
1.
Masa
prenatal (prakelahiran)
Cikal bakal kelahiran psikologi social
mulai muncul ketika Lazarus & Steindhal (1860), mempelajari adat dan
institusi masyarakat untuk menemukan “Human Mind” yang berbeda dari “Jiwa
Individual” (bonner, 1953).pada tahun 1879 di Leipzig, Wund mendirikan
labolatorium psikologi yang pertama di dunia dan menandakan ilmu psikologi
sebagai ilmu yang berdiri sendiri, terpisah dari filsafat. Pada tahun 1880, ia
mempelajari psikologi rakyat. Eksperimennya antara lain, untuk menemukan proses
mental yang lebih tinggi, hal-hal yang ia teliti tentang bahasa, tradisi,
agama, seni, dan hokum. Sebagai seorang elementaris, ia berusaha menjelaskan
psikologi rakyat itu ke dalam elemen-elemen. Menurutnya, masyarakat
(rakyat/kelompok) memiliki “jiwa” yang berbeda dengan “jiwa individu”.
Pandangan ini kemudian mempengaruhi pendapat Emile Durkheim (seorang sosiolog
terkemuka) yang terkenal dengan teorinya “prilaku masyarakat” (jiwa kolektif). Menurutnya
Masyarakat itu terdiri kelompok manusia yang hidup secara kolektif. Pengertian
dan tanggapan-tanggapan bersifat kolektif tidak individual. Jadi, kehidupan
kolektiflah yang dapat menerangkan gejala-gejala social atau gejala-gejala
kemasyarakatan.
2.
Masa
awal
Terbitnya dua buku psikologi social
(1908), oleh: W.Mc Doughall menerangkan bahwa manusia berprilaku social karena
nalurinya. Sedangkan Ross berpandangan bahwa manusia berprilaku social di
akibatkan oleh tata aturan dalam masyarakat yang mesti di ikuti. Ia menerangkan
prilaku social dengan teori struktur social.
Menurut F.Allport (1924): prilaku social
bukan hanya di sebabkan insting, juga bukan hanya karena di pengaruhi oleh
struktur social. Ia menggunakan pendekatan individual dalam memahami prilaku
social.
3.
Masa
perang dunia I dan II
Pada masa ini perhatian psikologi social
berpinah ke arah studi tentang otoritarianisme (kekuasaan) (Baron & byrne,
1994). Setelah usai perang dunia, pandangan psikologi social beralih ke proses
individual & psikologi social mulai mengkaji proses interaksi sosial. Maka
muncullah psikologi Gestalt di Jerman (W. Kohler, K. Koffka dan M. Wertheimer),
serta K. Lewin tokoh psikologi lapangan, mereka lari dari kejaran Nazi ke
Amerika. Pelarian tokoh-tokoh psikologi ini menginspirasi penilitian tentang
proses kesadaran (kognitif) dan pengaruhnya terhadap prilaku social individu.
4.
Masa
kini
Pada tahun 1970-1980, psikologi social
menghasilkan beragam penelitian yang sangat fenomenal dan bermanfaat, yaitu
berbagai penelitian mengnai: atribusi, agresi, altruisme, sikap (attitude), gender
(perbedaan jenis kelamin), diskriminasi seksual, psikologi lingkungan,
psikologi massa dll. Juga berkembang psikologi terapan sperti : kesehatan,
hokum, paedagogik, kepolisian dsb.
5.
Masa
akan datang
Psikologi lintas budaya (cross culture
psychology) menjadi jawaban yang komprehensif dalam beragam penelitian dan
penerapan psikologi social di berbagai belahan dunia yang memang memiliki
kultur yang berbeda antara satu Negara dengan Negara lainnya. Oleh karenanya
perspektif teori-teori psikologi ketika memandang budaya lain bersifat
universal terbantahkan, seprti kritik Malinowski terhadap teori Oedipus complex dari Freud yang pada
waktu itu di anggap berlaku universal, bahwa anak laki-laki menaruh benci
terhadap ayahnya, ternyata tidak berlaku di kepulauan Trobriand, papua nugini
di mana anak-anak menaruh rasa benci terhadap paman mereka dari pihak ibu,
bukan terhadap ayahnya seperti yang di temukan Freud di Wina. Menurut
Malinowski bahwa rasa benci anak laki-laki remaja di Wina terhadap ayahnya
bukan di sebabkan persaingan demi memperoleh rasa cinta ibu, melainkan mereka
figure ayah merupakan penegak disiplin seperti halnya figure paman adalah
penegak disiplin bagi anak di kepulauan Trobriand.
B. DEFINISI
PSIKOLOGI SOSIAL
Apakah
yang di maksud dengan psikososial atau psikologi sosial? Psikologi sosial
adalah psikologi dalam konteks sosial. Secara etimologi kata psikologi berasal
dari bahasa yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu psyche yang berarti jiwa, dan logos
yang berarti ilmu. Jadi, secara umum kata psikologi dapat di artikan sebagai
suatu studi yang mempelajari tentang jiwa. sedangkan sosial di sini berarti
interaksi antar individu atau antar kelompok dalam masyarakat.
·
Menurut Sherif & Muzfer (1956),
psikologi adalah ilmu tentang pengalaman dan prilaku individu dalam kaitannya
dengan situasi stimulus sosial.
·
Menurut Allport (1968), psikologi sosial
adalah upaya untuk memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan
perilaku individu terpengaruh oleh kehadiran orang lain.
·
Menurut Shaw & Constanzo (1970),
psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempeajari prilaku individual
sebagai fungsi stimulus-stimulus sosial.
·
Menurut Baron & Byrne (2006),
psikologi sosial adalah bidang ilmu yang mencari pemahaman tentang asal mula
dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu dalam situasi-situasi
sosial.
Jadi,
menurut pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa Psikologi Sosial adalah bagian dari
psikologi yang membidangi aktivitas-aktivitas kemasyarakatan secara umum.
Tugas-tugas psikologi sosial adalah melakukan penelitian kasus-kasus sosial,
seperti mengembangkan tekhnik-tekhnik pengukuran sikap, pendapat atau opini.
C. METODE
PSIKOLOGI SOSIAL
Psikologi
sosial bukan sebuah tahayul, klenik, atau sekedar permainan akal sehat atau
rasio saja. Psikologi sosial adalah ilmu yang berisi kumpulan informasi dan
teorinya sudah teruji secara empiris dan melalui metode penelitian baku yang
ketat. Oleh karena itu, psikologi sosial mempunyai kemampuan deskripsi,
prediksi, serta intervensi yang tajam dan terukur serta karenanya juga ampuh.
Psikologi
sosial terkait dengan banyak ilmu lain, tetapi tetap mempunyai ciri khas
(distinctive), yaitu bahwa ilmu ini khususnya mempelajari prilaku manusia dalam
kaitannya dengan ilmu sosial. Seperti metode lainnya, metode psikologi sosial
di mulai dengan dugaan berdasarkan pengalaman. Berikut tahapannya.

D. BATASAN
DAN RUANG LINGKUP
1. Psikologi
social mempelajari prilaku manusia, bukan prilaku hewan karena hewan tidak
mempunyai interaksi seperti yang ada pada manusia;
2. Perilaku
itu haruslah yang teramati dan terukur, bisa berupa aktifitas motorik yang
besar maupun kecil, bicara atau melukis;
3. Sebagai
konsekuensi dari objek studi yang teramati dan terukur, psikologi social harus
bisa di verifikasi oleh siapa saja, walaupun tentu saja maknanya sangat
bergantung pada perspektif teori, latar belakang budaya, dan interpretasi
pribadi;
4. Penelitian
psikologi social harus sangat berhati-hati dan selalu menegakkan etika
penelitian, yaitu:
·
tidak boleh membahayakan secara fisik;
·
hindari pelanggaran adat/ kebiasaan/
kepercayaan/ agama setempat;
·
hormati HAM (termasuk hak asasi anak
& perempuan);
·
hati-hati dalam menggunakan “desepsi”,
penggunaan informed consent dan
laksanakan debriefing.
5. Dengan
demikian, psikologi social menghubungkan aspek-aspek psikologi social dan
prilaku social dengan proses dan struktur kognitif yang lebih mendasar.
E. PERILAKU
MANUSIA
Seperti yang telah di ketahui bahwa
psikologi merupakan ilmu tentang prilaku . dengan pengertian bahwa prilaku atau
aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi kehidupan psikis. Telah di
kemukakan oleh Branca (1964), Woodwoth dan Marquis(1957), Sartain, dkk. (1967),
dan Morgan, dkk. (1984) bahwa yang di teliti atau di pelajari dalam psikologi
ini baik perilaku manusia ataupun hewan. Namun demikian hasil dari penelitian
itu di kaitkan untuk dapat mengerti tentang keadaan manusia. Demikia maka dalam
psikologi itu fokusnya adalah manusia.
1. Jenis
perilaku
Perilaku
manusia dapat di bedakan antara perilaku yang refleksif dan perilaku
non-refleksif. Perilaku refleksif merupakan prilaku yang terjadi atas reaksi
secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut. Sedangkan
non-refleksif adalah prilaku yang di atur atau di kendalikan oleh pusat
kesadaran atau otak.
2. Pembentukan
perilaku
Bahwa
prilaku manusia sebagian terbesar ialah berupa perilaku yang di bentuk dan di pelajari.
Adapun:
·
Dengan kondisioningatau kebiaaan
·
Dengan pengertian
·
Dengan menggunakan model
F. DIRI
1. Konsep
diri
Konsep diri (self concept) merupakan
kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap tingkah laku sosial kita adalah pengenalan kita terhadap diri sendiri.
Setiap orang memiliki konsep diri yang merupakan kesadaran seseorang mengenai
siapa dirinya. Konsep diri terbentuk melalui bagaimana orang lain menilai diri
kita dan bagaimana kita menilai diri kita sendiri.
Konsep diri adalah sebuah skema diri,
yaitu pengetahuan tentang bagaimana kita mengolah informasi dan mengambil
tindakan. Skema diri meliputi pengetahuan tentang diri kita saat ini (actual
self), diri kita yang kita inginkan (ideal self), dan diri kita yang seharusnya
(ought self).
2. Pengetahuan
tentang diri
Pengetahuan kita tentang diri bervariasi
pada kontinum identitas personal dan sosial. Identitas personal di kaitkan
dengan atribut atau trait yang membedakan diri kita dengan orang lain dan hubungan
interpersonal yang kita miliki. Identitas sosial di kaitkan dengan keanggotaan
kita dalam suatu kelompok sosial atau atribut yang di miliki secara bersama
dengan anggota kelompok lainnya.
3. Harga
diri
Harga diri menunjukkan keseluruhan sikap
seseorang terhadap dirinya sendiri baik positif maupun negati. Kita termitivasi
untuk memperoleh harga diri yang positif dan hal ini memengaruhi tingkah laku
kita, termasuk menimbulkan bias dalam tingkah laku.
4. Perbandingan
sosial
Untuk mengetahui seberapa baik atau buruk
dirinya, seseorang melakukan perbandingan sosial, bisa dengan orang yang lebih
baik (upward social comparison) maupun dengan orang yang tidak lebih baik
(downward social comparison).
5. Presentasi
diri
Kita berusaha untuk mengontrol bagaimana
orang lain berpikir tentang kita. Oleh karena itu, kita menampilkan berbagai
macam cara mempresentasikan diri (self presentation) dengan berbagai macam
tujuan yang ingin kita capai.
G. HUBUNGAN
INTERPERSONAL
Ketika
mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain, kita melakukan hubungan
interpersonal. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua
rang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan
pola interaksi yang konsisten. Dlm hubungan interpersonal terdapat
faktor-faktor yang memengaruhi yaitu internal,
eksternal, dan interaksi.
H. SIKAP
Sikap
adalah konsep psikologi sosial yang penting dan banyak di bahas. Sikap adalah
penilain terhadap suatu objek yang terdapat dalam kehidupan kita (termasuk diri
sendiri). Sikap terdiri dari 3 komponen, yaitu kognitif, afektif (muatan emosi & perasaan), dan konasi (prilaku atau kecendrungan untuk
melakukan tindakan/prilaku). Sikap di peroleh melalui pembelajaran sosial,
perolehan informasi, serta prilaku dan sikap melalui orang lain.
1. Pembentukan
sikap
Sikap
di bentuk melalui 4 macam pembelajaran:
·
pengondisian klasik
·
pengondisian instrumental
·
belajar melaui pengamatan
·
perbandingan sosial
2. Fungsi
sikap
Menurut
Baron, Byrne, & Branscombe (2006), terdapat 5 fungsi sikap:
·
fungsi pengetahuan
·
fungsi identitas
·
fungsi harga diri
·
fungsi pertahanan diri (ego defensif)
·
fungsi memotifasi (impression
motivation)
3. hubungan
sikap dan tingkah laku
sikap tidak selalu meramalkan perilaku.
Hubungan sikap dan perilaku merupakan hubungan yang tidak langsung. Perilaku
tidak selalu mempresentasikan sikap, tetapi banyak faktor lain yang tercakup
dalam konteks sosial yang menentukan prilaku.
Hubungan sikap dan prilaku di pengaruhi
oleh kuat dan lemahnya sikap yang di miliki, kuat lemahnya sikap bergantung
pada ektremitas dan pengalaman pribadi masing-masing. Teori hubungan sikap dan
prilaku di jelaskan dalam teori prilaku beralasan (Fishbein & Ajzen, 1980),
teori prilaku berencana (Ajzen, 1991), dan Attitude to behavior procesmodel
(Fazio, 1989).
4. Persuasi
Persuasi adalah upaya mengubah sikap
orang lain melalui penggunaan berbagai macam pesan. Lima macam reaksi penolakan
terhadap persuasi:
·
Reaksi penolakan
·
Peringatan sebelum kejadian
·
Menghindari selektif
·
Membantah aktif
·
Suntikan kekebalan
5. Disonansi
kognitif
Disonansi kognitif adalah keadaan
internal yang tidak nyaman akibat adanya ketidaksesuaian antara dua sikap atau
lebih serta antara sikap dan tingkah laku. Strategi untuk mengurangi disonansi
kognitif adalah dengan mengubah sikap atau perilaku agar menjadi konsisten satu
sama lain. Selain itu, dapat pula di lakukan dengan mencari informasi baru yang
mendukung sikap atau prilaku, mengabaikan ketidaksesuaian, dan menganggap sikap
atau prilaku yang menimbulkan disonansi sebagai sesuatu yang tidak penting.
I. PENGARUH
SOSIAL
Pengaruh
sosial adalah usaha untuk mengubah sikap , kepercayaan, persepsi, atau tingkah
laku orang lain, ada 3 pengaruh sosial yang di kenali dalam psikologi sosial:
1. Konformitas:
individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial.
Dengan kata lain ada tekanan dari kelompok untuk bertingkah laku dengan
cara-cara tertentu;
2. Compliance:
individu melakukan suatu tingkah laku atas permintaan orang lain;
3. Obedience:
individu melakukn tingkah laku atas perintah orang lain.
Pengaruh
sosial dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap prilaku individu.
Masyarakat dapat terbentuk dengan tatanan sosial yang teratur karena
kecendrungan manusia untuk mengikuti aturan-aturan yang ada di lingkungan
sosial. Namun, kecenderungan itu tidak selalu berarti pada hal-hal yang positif
saja. Manusia juga dapat terpengaruh oleh lingkungan sosial untuk melakukan
prilaku-prilaku negatif.
J. AGRESI
·
Agresi merupakan melukai yang di sengaja
oleh seseorang/ institusi terhadap orang/ institusi lain yang sejatinya di
sengaja.
·
Pemicu yang umum dari agresi adalah
ketika seseorang mengalami satu kondisi emosi tertentu, yang sering terlihat
adalah emosi marah. Perasaan marah berlanjut pada keinginan untuk
melampiaskannya dalam satu bentuk dan
objek tertentu.
·
Marah adalah sebuah pernyataan yang di
simpulkan dari perasaan yang di tunjukkan yang sering di sertai dengan konflik
atau frustasi.
·
Ada beberapa perspektif besar yang
mencoba menjelaskan agresi yakni:



·
Beberapa sumber agresi: situasi,
personal kebudayaan, media massa dll.
·
Beberapa hal untuk mengatas agresi :
pengamatan atas hal yang baik, katarsis, mengubah pola pikir, dan hukuman.
K. INDIVIDU
DALAM KELOMPOK
·
Kelompok adalah dua atau lebih orang
yang memersepsi dan di persepsi sebagai satu kesatuan, ada interaksi dan saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.
·
Kajian tentang kelompok dalam psikologi
sosial sangat penting karena kelompok sangat berpengaruh pada tingkah laku kita
da tingkah laku orang lain terhadap diri kita.
·
Kelompok berguna bagi individu untuk
memenuhi kebutuhan akan merasa berarti dan dimiliki, sebagai sumber identitas
diri, serta sumber informasi tentang dunia dan diri individu.
·
Berbagai alasan individu bergabung di
dalam kelompok, antara lain karena proksimitas, kesamaan minat, sikap ataupun
keyakinan, interdependensi untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dukungan
timbal balik yang positif, dan kenikmatan berafiliasi, dukungan emotional,
serta untuk mendapatkan identitas sosial.
·
Kelompok terdiri dari komponen penting
yang bisa memengaruhi tingkah laku anggotanya, yaitu peran status, jaringan
komunikasi, norma, kohesivitas, dan sosialisasi kelompok.
·
Kelompok dapat membuat performa individu
meningkat (fasilitas sosial), namun bisa juga menurun (inhibisi sosial).
·
Individu yang menjadi anggota kelompok
dapat mengalami:


·
Pemalasan
sosial & free rider effect dapat di minimalkan
dengan cara membuat hasil kerja individual dapt segera di kenali, meningkatkan
komitmen orang untuk sukses bersama, menegaskan nilai pentingnya tugas yang di
kerjakan dan membentuk pandangan bahwa yang di kerjakan setiap orang adalah
unik.
L. STEREOTIP,
PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Prasangka
adalah sikap negatif terhadap orang lain yang lebih di dasari oleh
keanggotaannya dalam kelompok tertentu dan bukan karena karakteristik pribadi
yang di milikinya, prasangka dapat bersifat covert dan overt. Jika prasangka
sudah nyata dalam prilaku overt maka di katakan sebagai diskriminasi.
Berkembangnya prasangka dan diskriminasi ini di picu oleh adanya belief tentang
karakteristik dari anggota kelompok tertentu baik positif maupun negatif
(stereotip).
Efek
prasangka pada korban sangat berfariasi, mulai dari ketidak nyamanan ringan
hingga penderitaan yang dalam. Secara umum prasangkasangat merusak karena
memberikan stigma kepada semua anggota kelompok yang ada di dalamnya
Menurut
Vaugan dan Hogg (2005) menjelaskan bahwa terdapat kelompok-kelompok tertentu
yang biasanya menjadi target prasangka dan diskiminasi yaitu kelompok seksisme, rasisme, ageism, kelompok
homoseksual, dan keterbatasan fisik.
Adapun
bentuk diskriminasi yakni menolak untuk
menolong, tokenisme, dan reverse
discrimination. Ada penjelasan yang mencoba menerangkan mengapa prasangka
dan diskriminasi dapat muncul dan berkembang. Penjelasan tersebut bervariasi
mulai dari yang menjelaskannya sebagai sebuah karakteristik individual, sampai
di karenakan adanya pengaruh sosial. Penjelasan tersebut adalah Teori Frustasi Agresi dari Dollard Miller, Kepribadian Otoritarian, Dogmatism,
Otoritarian Kelompok Kanan, Teori Dominasi
Sosial dan Beliefe Congruence.
Sejumlah
tekhnik dapat mengurangi prasangka dan disriminasi adalah belajar untuk tidak
membenci, Direct Intergroup Contact, Rekategorisasi, dan Coping terhadap
prasangka dan diskriminasi.
M. PSIKLOGI
SOSIAL TERAPAN
Oskamp
dan Schultz (1998) bahwa psikologi sosial terapan merupakan penerapan dari
metode, teori, prinsip, atau temuan penelitian yang di gunakan untuk mengerti
dan memahami atau memberi solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi.
Melihat
luasnya area terapan, psikolog sosial juga harus membuka diri dengan ilmu-ilmu
lain yang bersinggungan dengan gejala, teori, metode, dan bahkan solusi yang
akan di berikan. Ciri-ciri psikologi sosial terapan:
·
Berorientasi masalah;
·
Berorientasi nilai;
·
Kegunaan sosial;
·
Fokus pada situasi sosial;
·
Pendekatan yang meluas;
·
Setting lapangan; dan
·
Bermanfaat praktis.
Dugaan-dugaan
keliru terhadap suatu penyimpangan sosial bahwa sesorang yang melakukan suatu
penyimpangan bukan berarti mengalami Sindroma Schizophrenia, bukan Psikopat,
bukan Neurosis ataupun karena jiwa yang
berbeda oleh karena mereka bukan orang-orang abnormal melainkan terletak pada
nilai-nilai yang tertanam pada otak mereka yang mempengaruhi sikap terhadap
suatu penyimpangan.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, S. Meinarno, E. 2009.”psikologi sosial”. Penerbit
Salemba Humanika. Jakarta.
Zan, H. 2010. “pengantar psikologi sosial untuk
kebidanan”. Penerbit Kencana. Jakarta.
Walgito, B. 2004.“pengantar pskologi umum”. Penerbit
Andi. Yogyakarta.
Abraham, C. 1997. “psikologi sosial untuk perawat”.
Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta.
Suliswati. 2005. “konsep dasar keperawatan kesehatan
jiwa”. Penerbit kodekteran EGC. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar